Teori Inflasi, Deflasi, Devaluasi, Revaluasi, Apresiasi, Depresiasi, Dan Sanering


Begitu banyak teori-teori yang terdapat dalam ilmu ekonomi yang belum sepenuhnya kita pahami akan arti dari teori-teori tersebut. Disini mari kita pelajari bersama sedikit akan arti atau teori-teori yang terdapat dalam ilmu ekonomi itu sendiri. Diantara yang akan kita bahas kali ini yaitu teori inflasi, deflasi, devaluasi, apresiasi, depresiasi, dan sanering. Semoga setelah kita pelajari bersama akan arti-arti dari teori-teori ini kita semua tidak lagi asing ketika dikemudian waktu menemukan teori-teori ini.

A. Teori Inflasi

Secara garis besar teori mengenai inflasi ini terdapat tiga yaitu teori kuantitas (Teori Irving Fisher), Teori keynes, dan Teori Strukturalis. Masing-masing dari teori ini membahas tentang aspek-aspek tertentu dari proses inflasi dan dari ketiga teori ini bukan merupakan dari teori yang lengkap, yang isinya mencakup semua dari aspek penting dari proses kenaikan harga ini.

Untuk menerapkannya kita harus menentukan terlebih dahulu aspek-aspek mana saja yang dalam keadaan penting di dalam proses inflasi di suatu negara. Dengan demikian teori mana (atau kombinasi teori-teori mana) yang menurut kita lebih cocok untuk diterapkan.

1. Teori kuantitas (Teori Irving Fisher)

Teori kuantitas ini merupakan teori yang masih sangat berguna untuk menganalisa sebab-sebab dari timbulnya inflasi di era modern ini, terutama di negara-negara berkembang. Teori ini lebih menyoroti akan peranan dalam proses terjadinya inflasi yang disebabkan oleh dua faktor berikut:

a. Jumlah uang beredar

Inflasi ini hanya akan terjadi jika ada penambahan volume jumlah uang beredar (baik penambahan uang kartal maupun penambahan uang giral). Tanpa adanya kenaikan jumlah uang beredar maka tidak akan terjadi yang namanya inflasi, meskipun terjadinya kenaikan harga. Misalnya saja terjadi kegagalan panen, harga menjadi cenderung naik, namun kenaikan harga beras ini hanya sifatnya sementara waktu saja dan tidak menyebabkan terjadinya inflasi. Dengan demikian, apabila jumlah uang yang beredar tidak ditambah lagi, inflasi akan berhenti dengan sendirinya.

b. Ekspetasi atau harapan masyarakat mengenai kenaikan harga

Terjadinya ekspetasi ini terdapat tiga kemungkinan keadaan, yaitu:

  1. Apabila masyarakat belum meramalkan harga-harga akan naik pada waktu mendatang.
  2. Dimana masyarakat mulai sadar akan adanya inflasi dan meramalkan adanya kenaikan harga barang-barang pada waku mendatang.
  3. Tahap hiperinflasi, maksudnya ialah masyarakat sudah kehilangan kepercayaannya terhadap nilai mata uang, keadaan ini ditandai dengan makin cepatnya peredaran uang.

2. Teori keynes

Menurut teori keynes, inflasi ini terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Dengan demikian, permintaan masyarakat akan barang melebihi jumlah yang tersedia. Hal ini terjadi karena masyarakat mengetahui keinginannya dan menjadikan keinginannya tersebut dalam bentuk permintaan yang efektif terhadap barang.

3. Teori Strukturalis

Teori ini juga merupakan teori inflasi jangka panjang, karena menyoroti sebab-sebab munculnya inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi terutama yang terjadi di negara berkembang.
Ada dua kekakuan atau ketidakelastisan dalam perekonomian di negara berkembang yang menimbulkan inflasi, yaitu:

a. Kekakuan dari penerimaan impor

Hal ini terjadi dikarenakan nilai ekspor tumbuh lebih kecil dari sektor lain, dikarenakan harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut tidak menguntungkan atau dengan kata lain term of trade semakin memburuk.

b. Kekakuan penawaran bahan makanan di negara berkembang

Penawaran bahan makanan lebih lambat dari pada pertambahan jumlah penduduk dan perdapatan perkapita, sehingga kenaikan harga bahan makannan dalam negeri cenderung untuk naik melebihi harga barang-barang lainnya.

B. Teori Deflasi

Dalam ilmu ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi ini adalah kebalikan dari inflasi. Jika inflasi terjadi akibat dari banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka delasi ini terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya deflasi, yaitu:
1. Menurunnya persediaan uang di masyarakat
2. Meningkatnya persediaan barang
3. Menurunnya permintaan akan barang

C. Teori Devaluasi

Devaluasi adalah kebijakan menurunkan nilai mata uang dalam negeri atas mata uang asing. Misalnya semula US$ 1=Rp 400,00 kemudian menjadi US$ 1=Rp 650,00 (devaluasi pada tanggal 15 November 1978). Dampak dari kebijakan devaluasi nilai mata uang asing terhadap rupiah menjadi naik. Akibatnya harga barang-barang impor menjadi sangat tinggi jika dinilai dengan rupiah. Harapan pemerintah, dengan kebijakan ini impor dapat dikurangi. Sebaliknya barang-barnag yang di ekspor ke luar negeri menajdi turun nilainya jika mata aung importirnya bukan rupiah (sekalipun dilihat dari rupiah tidak turun).

Namun, devaluasi juga mempunyai dampak negatif, yaitu dengan adanya devaluasi membuat harga-harga di dalam negeri menjadi naik. Dan juga orang-orang indonesia yang mempunyai utang luar negeri dalam bentuk mata uang asing menjadi terpukul sebab utang tersebut menjadi membengkak jika dilihat dari rupiah.

D. Teori Revaluasi

Revaluasi kebalikan dari devaluasi, adalah kebijakan menaikkan nilai mata uang dalam negeri atas mata uang asing. Kebijakan ini diambil ketika pemerintah ingin mendorong tingkat impor dan menurunkan ekspor. Dengan revaluasi nilai barang-barang dalam negeri menjadi lebih mahal, dan nilai barang-barang luar negeri menjadi lebih murah. Akibatnya impor naik.

Dampak negatif dari revaluasi adalah membuat barang lokal menjadi lebih murah di pasar internasional, akibatnya perusahaan-perusahaan dalam negeri akan mengalami tekanan untuk menurunkan harga barang-barangnya, meningkatkan produktivitas, dan promosi agar barang-barangnya dapat bersaing di pasar internasional dan dalam negeri.

E. Teori Apresiasi

Pengertian dari apresiasi adalah menguatnya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya, dan kenaikan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
Mengapa jepang yang perekonomiannya tangguh bisa mengalami downturn? Banyak faktor penyebab dari itu semua. Namun, beberapa kuncinya adalah sebagai berikut:

  1. Mata uang yang mengalami apresiasi (yendaka) tajam.
  2. Akibat yendaka terjadi relokasi industri besar-besaran.
  3. Tingkat kepercayaan (confidense level) ats perekonomian merosot yang ditunjukkan dengan harga saham rendah.
  4. Harga tanah ikut merosot.
  5. Saham dan tanah merupakan barang yang paling sering dipakai sebagai jaminan kredit bank.
  6. Secara demografis, penduduk jepang mengalami stagnasi.

F. Teori Depresiasi

Beberapa pengertian dari depresiasi, yaitu sebagai berikut:

  1. Penurunan nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing yang terjadi di pasar uang.
  2. Proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa manfaatnya dengan cara rasional dan sistematis, pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan penandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya, sebagaimana diminta oleh prinsip penandingan.
  3. Melemahnya nilai tukar mata uang terhadap mata uang tertentu lainnya secara bertahap.
  4. Depresiasi dalam ilmu akuntansi juga disebut sebagai penyusutan. Penyusutan adalah proses penyisihan sejumlah uang (biaya) atas harta/aset yang dipakai untuk menghasilkan pendapatan atau bisa diartikan sebagai jumlah biaya yang dikumpulkan dalam periode tertentu sebagai harta/aset yang dipakai dalam proses untuk mendapatkan pendapatan, akan tetapi ini bukan pengumpulan sejumlah dana untuk mengganti aset.

G. Teori Sanering

Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui pemotongan nilai uang. Hal yang sama tidak dilakukan pada harga-harga barang, sehingga daya beli masyarakat menurun.

Posting Komentar

Tulis Komentar (0)

Lebih baru Lebih lama